Selamat Datang di Duniaku :) DUNIA MAYA :)

bintang biru

Senin, 01 Oktober 2012

Cerpen Tanpa Judul


Ini cerpen buatan aku sendiri tapi belum ada judul nya :) kalo ada yang mau kasih saran judulnya boleh :))




Aku adalah seorang anak yang sedang mencari keadilan atas hidupku, selain mencari sesuap nasi tentunya. Aku bukan di lahirkan dalam lingkungan keluarga, tapi aku di lahirkan di jalanan. Aku tak tahu bagaimana Tuhan menciptakan ku, apa aku di lahirkan dari dalam perut seorang ibu?
Entahlah meskipun teori mengatakan seperti itu, tapi perut ibu mana yang telah melahirkan ku?
**
Di suatu malam yang dingin aku melangkah menyusuri jalan kecil di sebelah toko kelontong di pasar pagi. Malam sudah semakin larut, sudah waktunya tidur untuk anak-anak seusiaku, tapi aku belum bisa memejamkan mata karena tempat ku biasa tidur di genangi air dan aku harus mencari tempat lain yang tidak basah.
**
Hujan semalaman sangat deras sekali, memaksa ku harus pindah tidur di depan toko yang halamannya memiliki atap. Suara mesin-mesin mobil di jalan pagi ini membangunkan ku, pagi ini tak seperti biasanya aku bangun terlambat. Pemilik toko tempat aku tidur sudah membuka tokonya, mimik wajahnya seperti ingin memarahi ku, aku sangat maklum kalau si pemilik toko ini memarahiku karna aku tidur di depan toko nya tanpa meminta izin terlebih dahulu.
aku buru-buru bangkit lalu melipat kardus dan koran alas aku tidur semalam, aku membungkukkan sedikit tubuhku kepada pemilik toko yang ternyata malah mengalihkan pandangannya dari ku ke pembeli yang masuk ke tokonya. Kemudian aku bergegas lari dan memulai aktivitasku pagi ini.
**
“koran pak”
“mas korannya mas”
Suaraku makin beradu dengan suara kenalpot kendaraan, memaksa ku untuk semakin mengeraskan suaraku.
Pagi ini aku memulai aktivitas ku dengan berjualan koran di salah satu lampu merah di daerah Bandar Lampung. Kebetulan lampu merah tempat aku berdagang dekat dengan salah satu kampus ternama di Kota Bandar Lampung ini, jadi Jika koran yang aku jajakkan tidak habis di lampu merah, aku mendatangi mahasiswa-mahasiswa di kampus tersebut.
Tin.....tiiinnn.....
Suara klakson motor dari samping kanan ku menyadarkan aku dari lamunan.
“dek jangan di tengah jalan dong” suara parau keluar dari mulut yang ditutupi helm itu.
“maaf bang” jawabku kemudian langsung mundur teratur.
Akhir-akhir ini aku sering sekali melamun, apa saja bisa aku lamunkan, apa saja bisa aku pikirkan. Aku ingat seminggu yang lalu saat aku menjajakkan koran ku di saat lampu lalu lintas berwarna merah, seorang anak perempuan –yang sepertinya seuisiaku- mengeluarkan kepala nya dari dalam mobil dan memanggilku.
“Mas korannya dong”
“mau yang seribuan apa duaribulimaratusan?”
Anak itu bertanya sebentar dengan orang di sebelahnya, lalu sambil tersenyum dia  menyerahkan uang selembar lima puluh ribuan kepadaku
“apa aja deh yang penting berita nya bagus”
Karena lampu sebentar lagi menghijau aku langsung memberikan koran tersebut.
“uang nya gak ada yang kecil? Saya gak punya susuknya”
“gak papa ambil aja kembaliannya”
Aku baru saja menerima uang selembar lima puluh ribu itu,  mobil anak gadis itu sudah melaju melewati lampu yang berubah hijau itu.
Aku terkesima, seragamnya masih putih merah, tapi dia sudah punya uang segitu, dan tadi aku sempat melirik dompet nya yang berwarna pink bergambar mickey mouse, simpel tapi sepertinya mahal harganya.
**
Setelah aku mengerjakan pekerjaan ku berjualan koran, tak lupa aku beserta teman-temanku yang lainnya menyetorkan uang hasil penjualan kami kepada agen koran kami. Hari ini aku mendapatkan dua puluh ribu rupiah, lumayan untuk ku makan satu hari, dan sisanya untuk ku menabung.
Adzan zuhur telah berkumandang, ku pandangi tubuh ku yang kumel ini, aku harus mencari wc umum untuk mandi, kemudian menunaikan kewajiban ku untuk Solat, sudah hampir lupa aku bagaimana caranya solat, setelah aku mengadu kepada Tuhan, aku pun melanjutkan pekerjaan ku.
**
Ku pungut satu demi satu, lalu ku masukkan ke dalam karung ku aqua-aqua gelas di depan salah satu gedung di kampus tempat aku biasa menjajakkan koran ku selain di lampu merah. Kebetulan hari ini ada acara seminar di depan gedung ini jadi banyak aqua-aqua gelas berserakan. Untuk ku, apapun asal bisa menghasilkan uang yang halal, pasti akan aku kerjakan.
Lumayan hasil gelas-gelas aqua yang aku kumpulkan tadi dapat lima ribu rupiah setelah di jual, uang yang aku dapat dari selain aku menjajakkan koran biasa nya aku kumpulkan untuk membeli kebutuhan sehari-hariku.
Hari sudah mulai gelap, aku tak tahu ini pukul berapa, yang aku tahu hari ini Masjid sudah adzan 5 kali. Aku duduk bersandar di bawah pohon di pinggir jalan dekat Lampu Merah. Ku lihat mobil yang berlalu lalang, aku jadi teringat anak yang tempo hari aku lihat, yang memberikan ku uang limapuluhribu, aku tak tahu itu terlalu mahal untuk ku, atau terlalu sedikit baginya. Pikiranku pun kembali menerawang, aku ingat tujuh hari yang lalu, rumah kardus yang aku dan empat teman ku bangun di robohkan, sudah 5 bulan kami menempati rumah itu, namun harus di gusur, karena katanya di sana akan di bangun Gedung Olahraga, seperti Wisma Atlit. Tak hanya aku tapi banyak warga lain disana pun merasakan hal yang sama. Aku selalu menjadi korban gusuran, mungkin kalau di umpamakan aku seperti orang kaya yang pindah-pindah rumah terus.
Apakah yang akan di bangun di sana seperti Wisma Atlit yang di Riau ya?
Tanyaku dalam hati.
Tapi kalau iya, berarti pemerintah akan menghabiskan banyak uang untuk pembangunannya, apakah juga akan memberikan hasil yang mengecewakan?
Ah entahlah, aku sudah berfikir terlalu jauh tentang negeri ini, aku terlalu awam untuk memikirkan hal seperti ini. Yang aku tahu hanya mengisi perut, mencari uang, dan mencari di mana aku harus mendirikan kardus-kardus ku ini.
“Hei Iwan, dari tadi kita nyari kamu” suara teman ku Rona, memecahkan lamunanku.
“Malem ini kita harus sudah menemukan lokasi baru kita” terang Dono.
“Iya ayok tunggu apa lagi” teman ku yang lain nya menimpali.
Kemudian aku bangkit dari duduk ku, dan bersama ke empat teman ku, kami mencari tempat baru untuk mendirikan rumah kardus kami lagi.
Beginilah hari-hari ku, kecil di jalan, besar di jalan, entah mati pun mungkin juga di jalan?
Jalan adalah rumah ku..
Jalan adalah ibuku..
Jalan adalah bapakku..
-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar