Ini cerpen buatan aku sendiri tapi belum ada judul nya :) kalo ada yang mau kasih saran judulnya boleh :))
Aku adalah seorang anak yang sedang mencari keadilan atas
hidupku, selain mencari sesuap nasi tentunya. Aku bukan di lahirkan dalam
lingkungan keluarga, tapi aku di lahirkan di jalanan. Aku tak tahu bagaimana
Tuhan menciptakan ku, apa aku di lahirkan dari dalam perut seorang ibu?
Entahlah meskipun teori mengatakan seperti itu, tapi perut
ibu mana yang telah melahirkan ku?
**
Di suatu malam yang dingin aku melangkah menyusuri jalan
kecil di sebelah toko kelontong di pasar pagi. Malam sudah semakin larut, sudah
waktunya tidur untuk anak-anak seusiaku, tapi aku belum bisa memejamkan mata
karena tempat ku biasa tidur di genangi air dan aku harus mencari tempat lain
yang tidak basah.
**
Hujan semalaman sangat deras sekali, memaksa ku harus pindah
tidur di depan toko yang halamannya memiliki atap. Suara mesin-mesin mobil di
jalan pagi ini membangunkan ku, pagi ini tak seperti biasanya aku bangun
terlambat. Pemilik toko tempat aku tidur sudah membuka tokonya, mimik wajahnya
seperti ingin memarahi ku, aku sangat maklum kalau si pemilik toko ini
memarahiku karna aku tidur di depan toko nya tanpa meminta izin terlebih
dahulu.
aku buru-buru bangkit lalu melipat kardus dan koran alas aku
tidur semalam, aku membungkukkan sedikit tubuhku kepada pemilik toko yang
ternyata malah mengalihkan pandangannya dari ku ke pembeli yang masuk ke
tokonya. Kemudian aku bergegas lari dan memulai aktivitasku pagi ini.
**
“koran pak”
“mas korannya mas”
Suaraku makin beradu dengan suara kenalpot kendaraan,
memaksa ku untuk semakin mengeraskan suaraku.
Pagi ini aku memulai aktivitas ku dengan berjualan koran di
salah satu lampu merah di daerah Bandar Lampung. Kebetulan lampu merah tempat
aku berdagang dekat dengan salah satu kampus ternama di Kota Bandar Lampung
ini, jadi Jika koran yang aku jajakkan tidak habis di lampu merah, aku
mendatangi mahasiswa-mahasiswa di kampus tersebut.
Tin.....tiiinnn.....
Suara klakson motor dari samping kanan ku menyadarkan aku
dari lamunan.
“dek jangan di tengah jalan dong” suara parau keluar dari
mulut yang ditutupi helm itu.
“maaf bang” jawabku kemudian langsung mundur teratur.
Akhir-akhir ini aku sering sekali melamun, apa saja bisa aku
lamunkan, apa saja bisa aku pikirkan. Aku ingat seminggu yang lalu saat aku
menjajakkan koran ku di saat lampu lalu lintas berwarna merah, seorang anak
perempuan –yang sepertinya seuisiaku- mengeluarkan kepala nya dari dalam mobil
dan memanggilku.
“Mas korannya dong”
“mau yang seribuan apa duaribulimaratusan?”
Anak itu bertanya sebentar dengan orang di sebelahnya, lalu
sambil tersenyum dia menyerahkan uang
selembar lima puluh ribuan kepadaku
“apa aja deh yang penting berita nya bagus”
Karena lampu sebentar lagi menghijau aku langsung memberikan
koran tersebut.
“uang nya gak ada yang kecil? Saya gak punya susuknya”
“gak papa ambil aja kembaliannya”
Aku baru saja menerima uang selembar lima puluh ribu
itu, mobil anak gadis itu sudah melaju
melewati lampu yang berubah hijau itu.
Aku terkesima, seragamnya masih putih merah, tapi dia sudah
punya uang segitu, dan tadi aku sempat melirik dompet nya yang berwarna pink
bergambar mickey mouse, simpel tapi sepertinya mahal harganya.
**
Setelah aku mengerjakan pekerjaan ku berjualan koran, tak
lupa aku beserta teman-temanku yang lainnya menyetorkan uang hasil penjualan
kami kepada agen koran kami. Hari ini aku mendapatkan dua puluh ribu rupiah,
lumayan untuk ku makan satu hari, dan sisanya untuk ku menabung.
Adzan zuhur telah berkumandang, ku pandangi tubuh ku yang
kumel ini, aku harus mencari wc umum untuk mandi, kemudian menunaikan kewajiban
ku untuk Solat, sudah hampir lupa aku bagaimana caranya solat, setelah aku
mengadu kepada Tuhan, aku pun melanjutkan pekerjaan ku.
**
Ku pungut satu demi satu, lalu ku masukkan ke dalam karung
ku aqua-aqua gelas di depan salah satu gedung di kampus tempat aku biasa
menjajakkan koran ku selain di lampu merah. Kebetulan hari ini ada acara
seminar di depan gedung ini jadi banyak aqua-aqua gelas berserakan. Untuk ku,
apapun asal bisa menghasilkan uang yang halal, pasti akan aku kerjakan.
Lumayan hasil gelas-gelas aqua yang aku kumpulkan tadi dapat
lima ribu rupiah setelah di jual, uang yang aku dapat dari selain aku
menjajakkan koran biasa nya aku kumpulkan untuk membeli kebutuhan
sehari-hariku.
Hari sudah mulai gelap, aku tak tahu ini pukul berapa, yang
aku tahu hari ini Masjid sudah adzan 5 kali. Aku duduk bersandar di bawah pohon
di pinggir jalan dekat Lampu Merah. Ku lihat mobil yang berlalu lalang, aku
jadi teringat anak yang tempo hari aku lihat, yang memberikan ku uang limapuluhribu,
aku tak tahu itu terlalu mahal untuk ku, atau terlalu sedikit baginya.
Pikiranku pun kembali menerawang, aku ingat tujuh hari yang lalu, rumah kardus
yang aku dan empat teman ku bangun di robohkan, sudah 5 bulan kami menempati
rumah itu, namun harus di gusur, karena katanya di sana akan di bangun Gedung
Olahraga, seperti Wisma Atlit. Tak hanya aku tapi banyak warga lain disana pun
merasakan hal yang sama. Aku selalu menjadi korban gusuran, mungkin kalau di
umpamakan aku seperti orang kaya yang pindah-pindah rumah terus.
Apakah yang akan di bangun di sana seperti Wisma Atlit yang
di Riau ya?
Tanyaku dalam hati.
Tapi kalau iya, berarti pemerintah akan menghabiskan banyak
uang untuk pembangunannya, apakah juga akan memberikan hasil yang mengecewakan?
Ah entahlah, aku sudah berfikir terlalu jauh tentang negeri
ini, aku terlalu awam untuk memikirkan hal seperti ini. Yang aku tahu hanya
mengisi perut, mencari uang, dan mencari di mana aku harus mendirikan
kardus-kardus ku ini.
“Hei Iwan, dari tadi kita nyari kamu” suara teman ku Rona,
memecahkan lamunanku.
“Malem ini kita harus sudah menemukan lokasi baru kita”
terang Dono.
“Iya ayok tunggu apa lagi” teman ku yang lain nya menimpali.
Kemudian aku bangkit dari duduk ku, dan bersama ke empat
teman ku, kami mencari tempat baru untuk mendirikan rumah kardus kami lagi.
Beginilah hari-hari ku, kecil di jalan, besar di jalan,
entah mati pun mungkin juga di jalan?
Jalan adalah rumah ku..
Jalan adalah ibuku..
Jalan adalah bapakku..
-TAMAT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar